Cara Walisongo Menyebarkan Agama Islam

Penyebaran islam dinusantara ini sudah terjadi sejak jaman sebelum penjajah belanda masuk ke indonesia dimana pertama kali islam masuk adalah lewat jalur perdagangan di samudra pasai sumatra utara.

Sedangkan untuk penyebaran agama islam di wilayah pulau jawa di sebarkan melalui cara dakwah yang disebarkan oleh sembilan wali atau biasa disebut walisongo.

Kesembilan wali itu adalah Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, dan Sunan Muria.

Untuk cara walisongo menyebarkan agama islam memang termasuk lunak, dimana sebisa mungkin tidak sampai terjadi pemaksaan ataupun memancing keributan, dan lebih mengutamakan jalur memperbaiki bukan merubah.

metode dakwah walisongo

Cara Walisongo Menyebarkan Agama Islam di Indonesia

Cara yang dilakukan para walisongo ini dalam menyebarkan agama islam di pulau jawa antara lain

Wayang kulit

Media wayang kulit ini digagas dan dilakukan oleh Sunan Kalijaga, dimana cerita wayang yang sebelumnya merupakan cerita dari kitab hindu, di rubah menjadi cerita yang islami dan tetap tidak merubah gaya seni wayang yang dilakonkan.

Media penyebaran islam menggunakan wayang kulit ini terbukti sangat efektif dimana sampai sekarang pun seni wayang masih menjadi media dakwah yang ampuh.

Seni memainkan gamelan

Seni memeainkan sebuah grup gamelan memang sudah ada dimasa hindu budha yang lebih dulu masuk ke indonesia.

Pada saat walisongo menyebarkkan agama islam dengan gamelan ditambahkan sebuah tembang yang berisikan ajaran-ajaran dalam agama islam, seperti lagu lir-ilir ciptaan Kanjeng Sunan Kalijaga

Perayaan yang diarahkan ke arah yang lebih islami

Cara akulturasi budaya seperti melakukan perayaan yang biasanya dilakukan saat agama hindu menyebar di pulau jawa masih tetap dilakukan hingga sekarang, namun didalam perayaan itu disisipi dengan dakwah mengenai agama islam

Pendirian pondok pesantren

penyebaran islam masa wali songo

Selain secara akulturasi budaya, penyebaran agama islam juga dilakukan melalui jalur pendidikan yang dilakukan di pondok pesantren yang dibangun oleh para walisongo.

Para walisongo mendidik para santrinya di pondok mereka, dan bila para santri tersebut sudah layak untuk tamat dari podok pesantren maka mereka akan dikembalikan kedaerah asal dan diberi wewenang untuk mendirikan pesantren baru di daerah masing-masing, sehingga agama islam dapat dengan mudah menyebar

Sikap saling tolong menolong

Sikap yang banyak ditunjukan oleh para walisongo ini adalah sikap saling menolong dengan rasa ikhlas.

Karena sikap yang seperti inilah para walisongo sangat mudah untuk berasimilasi dengan masyarakat sekitar dan mudah untuk diterima masyarakat dimana saja.

Akulturasi budaya pembangunan masjid

Masjid yang berada di tanah jawa khususnya jawa tengah akan sangat berbeda dengan bangunan masjid di luar jawa ataupun luar negeri.

Masjid di pulau jawa ini tetap menggunakan bangunan adat seperti bangunan agama hindu.

Ini bisa dilihat dari atap masjid yang berundak seperti pura, dimana undakan atap ini biasanya digunakan sebagai atap sebuah pura.

Sebenarnya masih banyak sekali cara para walisongo ini untuk menyebarkan agama islam di nusantara.

Tidak hanya semasa walisongo ini hidup, namun setelah beliau para walisongo telah meninggal sekalipun sudah banyak peninggalan yang bisa membuat para muslim masih mengingat ajaran para walisongo.

Seperti Masjid Saka Tunggal di Cikakak Kab. Banyumas, merupakan salah satu peninggalan yang diberikan oleh para walisongo, dan sampai saat ini pun makam dari para walisongo ini masih banyak diziarahi oleh para peziarah dari berbagai daerah dinusantara.

Tinggalkan komentar